Text
Dari Sunda Menuju Banten: Esai-esai Arkeologi Etnisitas
Dilihat dari dimensi primordial, wilayah administratif Banten tidak identik dengan teritori etnik, karena di dalamnya hidup kelompok-kelompok masyarakat yang secara sadar mengidentikan diri dengan budaya Sunda. Jawa bahkan juga Betawi khususnya di daerah Tangerang. Tetapi dari dimensi instrumental, komunitas-komunitas itu telah menemukan sendiri cara untuk membentuk identitas lebih luas dalam berbagai interaksinya dengan pembawa identitas lain.
Pertanyaannya, dapatkah pendekatan arkeologi etnisitas memberi argumentasi logis pada terbentuknya identitas kolektif Banten sekarang, dan bagaimana proses self identification itu terjadi dalam fase sejarah yang dilalui, serta elemen-elemen budaya apa saja yang menjadi landasannya? Jawaban atas pertanyaan itu bergantung kepada persepsi dan adaptasi individu dan kelompok terhadap gejala etnisitas dan interaksi sosial dengan grup etnik lain dalam ruang-ruang berskala daerah ataupun nasional.
Studi etnisitas terhadap fenomena sosial itu menjadi urgen setelah daerah bekas Keresidenan Banten menjadi sebuah unit politik administratif dengan nama Provinsi Banten, namun sampai awal Millennium Ketiga ini belum juga menunjukkan karakter sebagai unit budaya sendiri. Maka warisan arkeologi, pengalaman sejarah, kesatuan wilayah historis, keseragaman dan keberagaman budaya kontemporer dapat menjadi instrumen referensial untuk mewujudkan identitas kedaerahan dalam bingkai nasional Indonesia.
No other version available