Text
Yang Silam, yang Pedas: Indonesia dan Belanda Sejak Tahun 1600
"Dutch colonialism go to hell!" teriak spanduk yang digantungkan di pagar Kedutaan Belanda di Jakarta oleh para demonstran pada tahun 1960. Sejarah bersama dari Nederland dan Indonesia ditandai oleh pertarungan dan kontroversi. Yang Silam, Yang Pedas, Indonesia dan Belanda Sejak 1600 berkisah tentang masa silam bersama yang panjang ini. Pokok-pokok besar seperti penindasan kolonial, kekerasan, nasionalisme Indonesia, pergerakan kemerdekaan serta dekolonisasi digambarkan melalui benda-benda yang tersimpan di Rijksmseum - Museum Negara di Amsterdam. Dengan berdasarkan sebuah potret, bendera perjuangan, pakaian dinas, atau tameng Dayak, Harm Stevens mengemukakan bagaimana pandangan mengenai masa silam selalu bergeser-geser dan dia jua mempertunjukkan bagaimana gambaran ini dimanipulasi oleh moyang Belanda. Dengan memakai mata yang tajam, benda-benda kecil memperoleh makna yang penting. Karena, apakah benar di lukisan cat air oleh seorang pelukis Belanda aslinya ada tertulis "kepala para pemberontak yang dipenggal?"
Harm Stevens bertugas sebagai konservator sejarah (abad ke-20) di Rijksmuseum. Dia telah menulis, antara lain, mengenai ekspedisi militer di Hindia-Belanda serta koleksi museum yang juga merupakan hasilnya.
Yang Silam, Yang Pedas adalah bagian dari penerbitan Seri Negeri-negeri yang diterbitkan oleh Rijksmuseum. Berdasarkan benda-benda yang berada di koleksi Rijksmuseum, seri ini menggambarkan sejarah bersama Negeri Belanda dan, berturut-turut, Indonesia, Jepang, Cina, India, Sri Lanka, Afrika Selatan, Ghana, Suriname, dan Brazil.
No other version available