Text
Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966 Mitos dan Dilema: Mahasiswa dalam Proses Perubahan Politik 1959-1970
Puncak pertarungan politik 1959-1965, adalah Peristiwa 30 September 1965, ketika mereka yang bertarung terjebak pada pilihan 'mendahului atau didahului'. Yang mendahului terperosok, yang didahului roboh, dan Soekarno tertindas di tengah persilangan karena gagal meneruskan permainan keseimbangan kekuasaan. Jenderal Soeharto muncul dari balik tabir rahasia 'blessing in disguise', mengambil peran penting dengan segala teka-teki yang untuk sebagian belum terpecahkan hingga kini.
Dalam pertarungan politik dan kekuasaan, darah menjadi halal dalam semangat menghancurkan lawan. Di antara para tokoh utama yang terlibat tak satu pun yang menunjukkan kebajikan yang cukup berharga. Beberapa di antaranya bukan menampilkan perilaku buruk, keji, tak dikenal belas kasihan dan penuh intrik, sementara ada sisi yang lain dalam dimensi ruang dan waktu yang sama, ada yang naif, tidak tajam menganalisa atau setidaknya tak peka situasi dan lalai, sehingga menjadi korban. Dari tengah situasi ini lalu muncul sang tokoh 'pemenang', dan akhirnya berkuasa.
Terlepas dari kaitan-kaitan yang masih penuh tanda tanya di seputar Soeharto dan Soekarno, Peristiwa 23 September 1965, merupakan 'kesalahan' kolektif dari semua yang berada di lini terdepan medan pertarungan kekuasaan. Semua memiliki andil menciptakan akhir berdarah 1 Oktober maupun rentetan pembunuhan massal yang terjadi sesudahnya. Mulai dari Soekarno, Soebandrio, Chaerul Saleh, Omar Dhani sampai Soeharto, dan dari Aidit hingga para pemimpin partai Nasakom lainnya serta lapisan pimpinan institusi militer waktu itu. 'Teori dalang' dalam rangkaian peristiwa di tahun 1965 ini, harus ditinggalkan, karena peristiwa ini sepenuhnya terisi konspirasi melawan konspirasi dalam rangka pertarungan kekuasaan untuk kekuasaan.
No other version available