Text
Tanah, Pekerjaan dan nafkah di Pedesaan Jawa Barat
Masalah kemiskinan di Jawa, atau hubungan antar manusia dan sumber daya alam yang tersedia khususnya tanah, selalu merupakan topik menarik bagi para peneliti sosial-ekonomi pedesaan. Di Indonesia ia menjadi lebih menarik lagi setelah terbitnya buku-buku J. H. Boeke dan para pendukung ataupun pengkritiknya, dan tulisan C. Geertz tentang involusi pertanian. Pada tahun tujuh puluhan, setelah revolusi hijau, terbit pula banyak tulisan penting tentang kemiskinan dan pembangunan pedesaan, yang terpenting di antaranya ada buku Penny dan Masri Singarimbun tentang Sriharjo. Buku ini secara spesifik menyoroti hubungan (ratio) yang timpang antara orang (petani) dan tanah (Pertanian), yang semakin lama semakin buruk, sehingga ada kecenderungan kehidupan yang semakin ''susah'' di pedesaan Jawa. Penny dan Masri Singarimbun melihat dan menganalisis 4 kebijaksanaan yang diperkenalkan pemerintah untuk memecahkannya, yaitu: Intensifikasi, Industrialisasi, Keluarga Berencana, dan Transmigrasi. Meskipun keempat macam kebijaksanaan ini masing-masing telah menunjukkan hasil-hasilnya, namun rupanya harapan besar kedua penulis diletakkan pada transmigrasi, yang berarti memperbaiki rasio antara orang dan tanah (garapan) pertanian. rnrnJoan Hardjono dalam buku ini menyoroti secara tajam kebijaksanaan intensifikasi yang nampaknya sudah melampaui batas-batas teknis dan ekonomi. Kemudian studi pada tingkat mikro rumah tangga desa atau dusun yang dilakukan oleh Joan Hardjono ini mampu mengungkapkan data-data pendukung tentang eksploitasi tanah-tanah sawah yang sudah berkelebihan di Jawa.
No other version available