Text
Saksofon, Kapal Induk, dan Human Error": Catatan Seorang Marsekal"
Saat Orde Lama peralatan angkatan perang negara kita begitu disegani di kawasan Asia, tetapi rakyatnya dimana-mana antre beras dan minyak tanah, pun masuk ke alam reformasi, peralatan angkatan perang banyak yang rusak karena embargo, tetapi rakyatnya malah kelaparan dan tetap juga antre minyak tanah, ini yang menjadi keprihatinan bersama.
Bagaimana ini bisa ditanggulangi, ternyata modalnya hanya harga diri, kebanggaan sebagai bangsa, dan menjaga kehormatan serta meningkatkan disiplin di banyak tempat, berbuat dengan benar sesuai aturan, karena bangsa ini memiliki potensi untuk meraih kemajuan di banyak aspek.
Inilah sekelumit refleksi seorang Chappy Hakim yang ingin melihat bangsanya maju, harga dirinya terangkat, dan disegani oleh bangsa lain, inilah impian kita bersama. Dia pun sangat prihatin dengan banyaknya kecelakaan moda udara, laut, dan darat, tetapi banyak disimpulkan dengan kata ”human error”, di samping berbicara disiplin untuk maju, penulis pun piawai bermain saksofon dan ini yang menjadi senjata diplomasinya ke negara adidaya saat penulis menjabat KSAU.
Title | Edition | Language |
---|---|---|
Tanah Air dan Udaraku Indonesia | Cet. 1 | id |
Pelangi Dirgantara | Cet. 1 | id |