Text
Aku dan Orang Sakuddei: Menjaga Jiwa di Rimba Mentawai
BAGAIMANA rasanya menjadi orang Barat pertama yang tinggal dalam sebuah masyarakat suku (tribal society) yang nyaris sepenuhnya masih hidup dengan kebudayaan asli mereka sendiri? Selama dua tahun (1967-1969) antropolog Reimar Schefold hidup dengan orang Sakuddei di tengah rimba Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.rnrnDalam buku ini Prof. Schefold menceritakan petualangan hidupnya bersama “suku terasing” itu, yang rela menerima kehadirannya meski ada jurang budaya yang begitu lebar di antara mereka. Lewat kisahnya ini ia membawa kita masuk jauh ke dalam lingkungan alam dan budaya Mentawai. Gaya pemaparan yang bersifat personal menjadikan buku etnografi ini bacaan yang sangat memikat, seperti sebuah novel.rnrnArwah para leluhur memiliki peran penting dalam dunia religius suku bangsa Mentawai. Bagi mereka, menjaga jiwa adalah hal utama yang harus dilakukan dalam hidup. Jika jiwa berpendapat bahwa hidup sudah tak lagi menarik, ia akan meninggalkan tubuh yang ditempatinya dan pergi ke alam leluhur. Dengan begitu, manusia pun meninggal dunia. Dalam masyarakat Sakuddei, pesta-pesta besar diselenggarakan secara berkala dan bendabenda seni dibuat khusus bagi jiwa-jiwa manusia: ‘pemainan bagi jiwa’.rnrnBuku ini ditutup dengan narasi tentang kunjungan terakhir Prof. Schefold ke Mentawai pada tahun 2009, di mana ia melukiskan berbagai cara yang dipilih orang Mentawai dalam proses adaptasi terhadap dunia danrnkehidupan masa kini.
No other version available